WELCOME TO BLITAR

LAMBANG BLITAR

Kota Blitar merupakan sebuah kota yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah selatan Surabaya. Kota Blitar terkenal sebagai tempat dimakamkannya presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Selain disebut sebagai Kota Patria, kota ini juga disebut sebagai Kota PETA (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepimpinanan Suprijadi, Laskar PETA melakukan perlawanan terhadap Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang menginspirasi timbulnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain.

Ikan koi yang populer di Jepang dapat dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Blitar)

Makanan Khas Kota Blitar

1. Nasi Pecel pecel

Sedikit berbeda dengan pecel khas Malang, tekstur bumbu kacang pecel Blitar lebih halus, sedikit lebih berminyak, dan bercita rasa manis dan gurih. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah sangrai dan cabai rawit yang dicampur dan ditumbuk dengan bahan lainnya seperti kencur, daun jeruk purut, bawang putih, asam jawa, gula merah, dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan tempe goreng, rempeyek kacang, rempeyek ebi, rempeyek kedelai.

Bumbunya yg sangat terasa gurih, pedas dengan gilingan bahan yang cukup halus membuat tiap bahan yang tercampur menciptakan cita rasa yang tinggi. Sambel pecel dibuat dari perpaduan kacang tanah, gula kelapa, rempah-rempah dan bumbu rahasia serta daun jeruknya yang membuat rasanya semakin nikmat.

2. Wajik Kletik wajik kletik

Jajanan ini terbuat dari gula kelapa, beras ketan dan kulit jagung untuk mengemasnya, supaya nggak cepet basi dan higienis nih readers, kulit jagung ini disetrika terlebih dulu dan dikemas dalam rentengan sejumlah 5 buah.

Proses pembuatannya cukup sederhana, masak gula  kelapa dan kelapa di atas api sedang hingga gula larut dan mengental. Setelah itu, masukkan beras ketan, aduk-aduk hingga mengental.

Namun, sesuai perkembangan zaman, banyak produsen wajik kletik yang memvariasi bentuk pembungkusan dan rasa wajik kletik. Cara membuat wajik kletik ini cukup sederhana, masak gula kelapa dan kelapa di atas api sedang hingga gula larut dan mengental. Setelah itu masukkan beras ketan dan di aduk hingga mengental.

Wajik kletik bikinan Blitar ini sangat menonjolkan ke-khasan rasa yang tidak anda temukan pada wajik kletik yang berasal dari daerah selain Blitar. Rasanya kletik-kletik, manis dan kasar di lidah. Keterpaduan rasa yang ada dalam wajik kletik ini menambah kenikmatanya.

(http://lodoyoistimewa.blogspot.com/p/blog-page.html)

Ciri Khas Kota Blitar

Salah satu ciri khas yang melekat dari kota blitar adalah makam presiden Indonesia yang pertama Soekarno. Makam yang dipugar sejak 2001 dan diresmikan sembilan tahun kemudian itu kini lebih terbuka bagi masyarakat umum. Sosok Bung Karno sebagai sang proklamator sudah tentu tak akan hilang dari ingatan warga negeri tercinta ini. Bung Karno wafat pada Minggu, 21 Juni 1970, di Jakarta. Ia dimakamkan di Kota Blitar, berdampingan dengan makam kedua orangtuanya, Raden Mas Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rei.

Selain itu blitar juga dikenal dengan candinya. Jarak tempuh dari Kota Blitar ke lokasi candi lebih kurang 30 menit menggunakan kendaraan bermotor dengan kondisi jalan relatif mulus dan lebar hingga di depan kompleks candi. Blitar penting artinya bagi kegiatan keagamaan, terutama Hindu, pada masa lalu. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran 12 candi yang tersebar di seantero kota ini.

Adapun candi yang paling terkenal adalah Candi Penataran. Dahulu candi ini merupakan candi negara atau candi utama kerajaan. Pembangunannya dimulai ketika Raja Kertajaya mempersembahkan Sima untuk memuja Sire Paduka Bhatara Palah pada tahun Saka 1119 atau 1197 Masehi. Kompleks Candi Penataran yang rutin digunakan sebagai Purnama Seruling itu pertama kali dilaporkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java. Disebutkan, bahwa pada 1815 Dr Horsfield menemukan reruntuhan candi Hindu di Penataran.

Dari sisa-sisa struktur dan artefak di kompleks candi, ada beberapa bangunan yang pendiriannya dilakukan serentak. Diperkirakan kompleks candi dibangun pada abad XII Masehi sampai abad XV Masehi, sekitar 250 tahun lalu.

(http://oase.kompas.com/read/2011/08/26/21432188/Pemikat.Blitar.Tak.Cuma.Makam.Bung.Karno)

 

 

 

 

 

 

Leave a comment